Rusia dapat mengancam sepuluh hal untuk memotong ekspor. Thomas Graham, direktur pelaksana Kissinger Associates, mengatakan korelasi dalam kasus khusus Rusia sangat mencolok.
Dua kekuatan yang berghadapan sedang terjadi.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC yang dipimpin Arab Saudi dan satu lagi yang dipimpin oleh Rusia, masih memiliki kemampuan untuk menstabilkan harga minyak global jika mereka bertindak bersama.
Pada tahun 2016 dan 2020, mereka tidak setuju untuk melakukannya, dan harga minyak turun.
Baru-baru ini, pada bulan Januari, Saudi menyetujui peningkatan produksi, Rusia tetapi menolak tekanan dari Barat untuk menghentikan lonjakan harga.
Lonjakan harga mendorong inflasi, dan, pada gilirannya, dukungan publik untuk Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Barat lainnya berkurang.
Harga tinggi telah menambah Dana Kekayaan Nasional Rusia (dana kekayaan negaranya), dan membantu Moskow mempercepat tujuan jangka panjang bersama China.
Di antarnya mencongkel ekonomi global dari ketergantungannya pada dolar AS.
Ini telah menempatkan Rusia dalam posisi ekonomi yang lebih kuat dari sebelumnya.
“Dalam keadaan ini, situasi ekonomi Rusia terlihat lebih baik dari sebelumnya,” kata pakar energi Turki Umud Shokri, penulis US Energy Diplomacy in the Caspian Sea Basin: Changing Trends Since 2001.
Baca Juga: Gempa Bumi Mengguncang Bayah, Provinsi Banten
Dana Kekayaan Nasional Rusia telah menghasilkan keuntungan besar sejak ledakan ekspor minyak tahun lalu, dengan cadangan devisa negara mencapai $640 miliar, utang publik pemerintah berkurang, dan rasio utang terhadap PDB sebesar 12 persen.
“Dalam konteks saat ini, Rusia sebagian besar dapat menolak sanksi Barat,” katanya kepada Al Jazeera. Rusia telah bekerja untuk membuktikan sanksi tak tempan terhadap ekonominya.
Thomas Graham, direktur pelaksana Kissenger and Associates Pridy setuju.
“Rusia memiliki faktor penguat yang jelas terlalu besar untuk dikenakan sanksi’ seperti Iran,” katanya.
“Apa yang saya pikir kita harus khawatirkan adalah Rusia memiliki cadangan keuangan yang cukup sehingga skenario Rusia 'mengejar' Eropa dan menyebabkan masalah energi yang parah di Eropa.”
Rusia telah bekerja untuk membuktikan sanksi ekonominya, telah mengurangi bagian dolar dalam cadangan mata uang asingnya demi euro dan yuan,” kata Graham.
Artikel Terkait
Setelah Dua Tahun Terhenti Akibat Pandemi, di AS Perayaan Imlek Tahun ini sangat Meriah
Nam Da Reum dan Impiam Terganteng Masuk Wamil Sejak Dini
Virus Siluman BA 2 Mulai Menyebar, para Ahli Khawatir Memperpanjang Covid 19
Kemenkes Pasien Positif Omicron Tanpa Gejala Cukup Isoman
Kemenag Memberi Penjelasan Mengenai Temuan BNPT yang Sebut 198 Pesantren Terafiliasi Kelompok Teroris