jabaribernews.com -- Kritikan Edy Mulyadi tentang perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru ke Kalimantan yang dianggap mengandung unsur penghinaan dengan menyebutnya sebagai tempat jin buang anak telah menyeret tokoh lain ikut terlibat.
Salah satunya yaitu politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring.
Tifatul menilai bahwa kalimat tersebut hanya merupakan kiasan dan kerap dilontarkan masyarakat Jakarta sehari-hari, terutama orang Betawi untuk menunjukkan bahwa lokasi itu sangat sepi dan jauh dari keramaian.
Baca Juga: Lirik Opening Attack on Titan Season 4 Part 2: The Rumbling dari SiM, Bernuansa Dark dan Rebellious.
"Saya lama di Jakarta dan bergaul dengan orang Jakarta dan Betawi. Jadi tempat jin buang anak saya tanya ke tokoh-tokoh Betawi, apa artinya tempat jin buang anak? Tempat sepi, jauh, seram, itu maknanya tiga itu, bukan tempat jorok," ujarnya.
"Saya kan tinggal Depok sekarang, dulu di Tanah Abang. Waktu saya pindah ke Depok kata temen-temen 'elu mau pindah ke tempat jin buang anak?' Jadi tidak ada konotasi penghinaan, terus apa lagi yang dipersoalkan. Beliau juga sudah kita imbau minta maaf dan sudah minta maaf," imbuh Tifatul menambahkan.
Tifatul Sembiring menilai kasus ini tak perlu diproses di kepolisian. Menurutnya, dalam pernyataan Edy Mulyadi tidak mengandung delik hukum yang dilanggar karena statementnya tidak mengandung unsur SARA.
Baca Juga: Arteria Dahlan Neunggar Cadas, DPRD Kabupaten Cianjur Dukung Arteria Dahlan Dipecat
Namun rupanya pernyataan mantan presiden PKS periode 2005-2010 tersebut dinilai sebagai sebuah pembelaan atas kesalahan mantan salah satu caleg dari partainya, sehingga kantor DPP PKS di Kalimantan digeruduk massa.
Tifatul pun segera melakukan klarifikasi dan permohonan maaf. Sebagaimana yang ditulis di halaman web PKS:
"Perlu saya garis bawahi, bahwa dalam wawancara saya tidak mengomentari masyarakat Kaltim sama sekali. Titik tekan poin saya adalah menjelaskan, bahwa kalimat 'tempat jin buang anak' itu, konotasinya bukan menghina. Tapi tempat sepi, seram dan jauh.
Lalu keluarlah judul berita, 'Tifatul Bela Edy Mulyadi', lalu dibumbui masyarakat jangan baper dan sebagainya. Ini sudah dipelintir dari poin pokok pernyataan asli saya. Lalu digoreng di medsos, hingga makin jauh pengertiannya.
Kalau pernyataan saya tersebut disalahpahami, saya mohon maaf yang setulus tulusnya." Demikian seperti yang ditulis di halaman web tersebut.
Baca Juga: Asal Usul Imlek, Hajat Buminya Orang Tiongkok dan Berkaitan dengan Budaya Agraris
Artikel Terkait
Ibu Kota Baru di Kalimantan, Menghindari Konflik Horizontal, Masyarakat Lokal Perlu Diajak Bicara
Alasan Fraksi PKS Menolak Ibu Kota Negara Dipindahkan
Andi Akmal Mengkritisi Pindah Ibu Kota, Banyak Persoalan Negara yang Harus segara Diselesaikan
Perpindahan Ibu Kota Negara, Ridwan Kamil dan Arsitektur Masa Depan Sunda Wanter
Menanggapi Kasus Edy Mulyadi, Ridwan Kamil: Bicaralah yang Baik, atau Diam