Tahun Baru Dirayakan, Mengapa ? Tahun Masehi Hanya untuk Hitungan Tanggal dan Gajian

jabaribernews.com -Lembah Sungai Efrat dan Tigris, tempat bermukim Bangsa Mesopotamia, lah yang melahirkan tradisi perayaan tahun baru dan kemudian dilanjutkan bangsa-bangsa di dunia hingga saat ini.

Bangsa Mesopotamia, yang mendiami Lembah Sungai Efrat dan Tigris, yang mula-mula menggelar perayaan tahun baru pada tahun 2000 Sebelum Masehi (SM).

Akan tetapi di Bangsa Mesopotamia di Lembah Sungai Efrat dan Tigris,mengadakan perayaan tahun baru bukan hura-hura, bukan pesta-pesta tapi berkaitan dengan siklus pertanian.

Baca Juga: Lebih dari 600 jenis Lalap Dikonsumsi Masyarakat Sunda

Titimangsa tahun baru di Bangsa Mesopotamia berdasarkan tibanya musim untuk bertani.

Bangsa Tionghoa juga dalam menentukan awal tahun baru Imlek berdasarkan masuknya musim bertani, di penghujung musim gugur dan akan memasuki musim panas.

Orang Romawi, berdasarkan kalender Romawi kuno, awal tahun baru tanggal 1 Maret. Menurut kalender Romawi kuno, bulan Maret merupakan awal tahun.

Pada Kalender Romawi kuno, dibuat oleh raja pertama Roma, Romulus, hanya terdapat 10 bulan dan 304 hari.

Abad ke-46 SM, Julius Caesar, menetapkan tanggal 1 Januari awal tahun baru ditetapkan oleh Kaisar Romawi, Julius Caesar.

Baca Juga: Tahun Baru Kawah Sastra Ciwidey Luncurkan Buku Baru

Nama Januari asalnya nama dewa permulaan: Dewa Janus, yang konon bermuka dua, jadi bisa melihat ke belakang dan melihat ke depan.

Peraayaan tahu baru zaman Julius Caesar merupakan ritual penyembahan Dewa Janus. Tidak ada kaitannya dengan alam, tidak ada kaitannya pergantian musim.

Hingga sekarang perayaan tahun baru tetap berlangsung, hanya saja bukan tradisi penyembahan Dewa Janus, tepi lebih ke perayaan biasa yang bersipat pesta-pesta.

Menurut Miranda dari komunitas Kalender Sunda, kalender Masehi, hanya berupa deretan hari tanggal dan bulan.