jabaribernews.com -Hingga kini, penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, seperti toserba, perumahan, gedung-gedung perkantoran, hotel, termasuk di spanduk, baligo, beragam alat peraga iklan, masih kurang. Lebih banyak yang menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Kecenderungan ini, memperlihatkan masih banyak pelaku usaha yang masih belum merasa bangga dengan pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik, atau di tempat-tempat yang banyak dikunjungi atau dilihat masyarakat. Lebih memilih bahasa Inggris.
“Setiap tahun kita mengadakan penghargaan terhadap tempat, baik toko hingga berbagai intansi yang telah menggunakan bahasa Indonesia secara semestinya, bukan memakai bahasa Inggris,” tutur Mohammad Syarif Hidayat M.Hum. dari Balai Bahasa Jawa Barat.
Baca Juga: Interior Lebih Variatif, Lukisan dan Karya Seni Visual lainnnya di Bandara Perlu Ditambah
Syarif mengatakan menentukan nominasi penghargaan dengan cara melihat-lihat ke lapangan, sejauh mana tempat yang dinominasikan memenuhi persyaratan pemartaban bahasa.
Ahli Tata Bahasa dari Balai Bahasa Jawa Barat, Drs. Nandang Pamungkas, M.Pd, melihat fenomena penggunaan bahasa Indonesia mulai nampak berkembang di masyarakat, ini sebagai gejala sosial dan psikologis.
“Rasa percaya diri dan kebanggan berbahasa nasional yang baik dan benar ini, perlu terus dikampanyekan dalam berbagai ragam kegatan. Tidak hanya hadiah dalam pemartabatan bahasa, namun juga kegiatan lainnya,” ujarnya.
Secara sosial bangsa kita terdiri dari beragam bahasa termasuk dipengaruhi bahasa asing, terutama dalam bidang perniagaan.
Banyak teks atau pun kalimat asing, terutama Inggris yang terus dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
Baca Juga: Pada Pameran Lukisan di Banyuwangi Pasar Bunga Karya Awiki Terjual Rp2,4 Milyar
Alih bahasa ini perlu disosialisasikan, agar masyarakat mengetahui padanan kata seperti kata toilet, regency, hills, super market, shopping centre, open house, by pass, fried chicken, laundry, talkshow, dan sebagainya.
Masalah psikologi pengguna bahasa, termasuk para pengusaha serta biro iklan, juga perlu diperhatikan atau diberi arahan.
Kebanyakan mereka mencari sesuatu yang praktis atau berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri.
“Seakan-akan kalau menggunakan bahasa asing itu lebih gagah atau berkelas. Itu merupakan kekeliruan yang harus diluruskan!’ ujar Nandang.
Lebih jauh, Nandang juga menganjurkan jika pun ada penggunaan bahasa asing karena pertimbangan bisnis dan sebagainya, sebaiknya padanan kata dalam bahasa Indonesia juga disertakan.
Artikel Terkait
Peneliti Wayang Golek Sarah Andrieu: Wayang Golek Bisa Menjadi Media untuk Menggambarkan situasi Indonesia
Arimbi dari Pringgandani, Ratu Raksasa Ibunda Gatotkaca
Topi Surga, Tentang Kebohongan Abu Nawas
Belajar Arti Kemanusiaan dari Film Train to Busan
Zuny and Family, Lesti, Hingga Gondrong Labanan Untuk Broadcaster Independen
Abu Nawas Akan Terbang, Kritik Sosial yang Masih Relevan Hingga Saat Ini
Meski Sudah Biasa Digelar, Performance Art Belum Menjadi Program Studi