Oleh Eriyandi Budiman
Terkadang. Ya, kadang-kadang kita memerlukan suatu komparasi untuk membandingkan kekuatan sebuah fenomena. Sebuah gejala.
Ini bisa jadi penting, manakala kita akan melangkah, atau mengambil sebuah keputusan besar. Baik menyangkut diri sendiri, maupun khalayak ramai.
komparasi memunginkan kita untuk menakar sejauh apa jalan yang ditempuh, serta akibat yang bisa saja dirasakan kelak. Ini bukan soal seberapa persen komparasi tersebut akan kita ukur. Namun seberapa kuat niat kita terhadap sesuatu tidak luntur.
Baca Juga: Info Lowongan Kerja Terbaru, Jasa Digital Agency Dedigi Cari Tim yang Siap Bekerjasama
Sorotan tulisan ini adalah pada fenomena gerakan literasi yang kini sedang menguat. Sebutlah percikannya sudah nampak di tahun 1997 lalu.
Gerakan reformasi melahirkan kesadaran baru lahirnya pemikiran untuk hidup lebih baik.
Hidup diharapakan bebas dari tekanan hantu politik parktis yang sentralistik, jauh dari huru hara premanisme, serta pulihnya harmonisasi kehidupan beragama, selain impian kehidupan ekonomi yang lebih makmur.
gerakan literasi hadir untuk berbagi pengetahuan, kegembiraan, therafi traumatik, selain hiburan yang kualitatif.
Kaum muda, mahasiswa, serta kelas menengah yang menginginkan perubahan, mulai banyak membaca, memasuki lorong-lorong toko buku dan hinggap di perpustakaan.
Para pustakawan, dan juga yang berminat pada karya-karya pustaka, lalu membentuk perhimpunan, serta mendirikan taman-taman bacaan.
Baca Juga: Inilah Solawat Qomaril Wujud, Solawat yang Bila Diamalkan Akan Menyebabkan Doa Terkabul
Penerbit dan toko buku indie, mulai ramai, dan terus melaju menjadi gaya hidup baru.
Ekonomi pasca keruntuhan Rupiah di Krisis Ekonomi atau Krisis Moneter (Krismon) 1997, memang bangkit, meski perlahan.
Itulah sebabnya, toko buku seperti Tobucil dan Ultimus di Bandung, meyediakan buku untuk dipinjam selain yang dijual.
Mereka membuat perpustakaan amatir, dan pengelolanya bahu membahu agar jalan pustaka yang mereka tempuh, dapat memenuhi hasrat kaum muda dan mahasiswa (terutama) untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, yang harus mereka dalami atau mereka nikmati.
Artikel Terkait
Penampakkan Gunung Kembar dari Luar Angkasa
Elon Musk Manusia Paling Kaya di Dunia, Iron Man di Dunia Nyata
Mpu Sakti dari Zaman ke Zaman, Bagian 1
Novel Hold Tight, Menyadarkan Kita Keluarga Harus Senantiasa Dipegang Erat
Ketika Seni Kontemporer Iwan R. Ismael Memerlukan Air, Api, dan Kopi yang Dibakar dengan Kopi
Sepeda Presiden, Mimpi Anak Papua yang Ingin Bertemu Presiden dan Mendapat Hadiah Sepeda
Gus Baha, Deeway Gembel, Alip Ba Ta, dan Mardigu Wowiek
Basabasi, Booming Sastra, dan Kegalauan Google Map