jabaribernews.com - Yang namanya padudan atau cangklong, adalah tradisi kerja seni rumahan yang sudah lama menjadi benda koleksi.
Di beberapa negara, khususnya Eropa dan Amerika, cangklong telah menjadi ikonik dengan gaya hidup santai tapi serius.
Para pengguna cangklong, yang semula menggunakannya sebagai barang fungsional, lalu bergerak menjadikan cangklong barang seni yang dikoleksi dan berharga tinggi.
Cangklong juga telah menjadi gaya hidup yang melahirkan komunitas, sebagaimana orang bersepeda, mendaki gunung, melukis, memelihara beragam binatang, dan sebagainya.
Baca Juga: Tradisi Perkawinan Sunda, Bagian I : Menjelang Upacara Pernikahan
“Ya, di Tasikmalaya, seperti halnya di Bandung, komunitas cangklong juga ada,” tutur Budi Gunawan, seniman multitalenta yang tinggal di Jalan Jajaway, Kota Tasikmalaya
Komunitas cangklong anggotanya pedagang atau pengrajin cangklong yang telah mempunyai pelanggan.
Selain itu juga yang punya hobi nyangklong atau madud. “Ya yang sama atau satu frekwensi tea,” ujar Budi.
Komunitas cangklong ada yang berkumpul di cafe sambil ngopi, atau ikut melihat pembuatan cangklong di pengrajinnya.
Obrolan bisa sekitar pembahasan jenis hingga fungsi dan sejerah cangklong, atau apa saja yang sedang trend.
Baca Juga: Khasiat Seledri Bukan Sekedar Pewangi Tapi Anti Hipertensi
Budi sendiri dalam tiga tahun terakhir juga menjadi pengrajin cangklong atau padud.
Alumni Jurusan Ilmu Ekonomi Unsil ini, menjelaskan ketertarikannya pada cangklong setelah melihat benda tersebut mempunyai citra estetika tertentu.
Apalagi saat membaca atau memperoleh informasi mengenai padud yang sudah mendunia, dan telah menjadi ikon dan gengsi tertentu bagi kolektor atau penggunannya.
Artikel Terkait
Bencana Alam dan Kelanggengan Sebuah Negara
Kutukan Sumber Daya Alam dan Orang Sunda
Cara Jitu Hindari Cengkraman Pandemi
Kecap Serbasari, Kecap Legendaris dari Kota Ciamis Jawa Barat
Rujak Cihérang, Mendunia Berkat Do’a Uyut Eumpeuk
Kemasan Wadah Makanan Produk “Plepah” yang Ramah Lingkungan