BANDUNG, jabaribernews.com -Semenjak dijadikan ibu kota kabupaten, lalu dilewati jalan pos Anyer-Petarukan, Bandung yang tadinya desa terpencil, terletak di suku gunung, dalam waktu singkat menjadi kota besar.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat Kota Bandung menjadi tempat wisata, tempat bermain dan tempat bersenang-senang. Malah tahun 1920an Bandung akan dijadikan pusat pemerintah Hindia Belanda.
Belanda menganggap Batavia (Jakarta) tidak cocok jadi ibu kota. Udaranya panas, banyak rawa sehingga banyak nyamuk malaria.
Baca Juga: Tren Spirit Doll atau Boneka Arwah, untuk Pesugihan atau Kesehatan?
Setelah Nusantara merdeka, imajinasi-estetika Belanda untuk Bandung tidak diteruskeun. Bandung keluar dari rencana Belanda yang sudah memperhitungkan tempat, budaya, potensi dan daya dukung alam.
Pengembangan Alun-Alun Bandung yang dianggap sebagai pusat kota, juga sudah meninggalkan pakem kota-kota di Pulo Jawa.
Tidaklah heran, Ketua Tim Aset Peninggalan Yayasan Wiranatakusumah, R. Ahmad Kusumahyuda alias Kang Jijit mengatakan pengembangam Alun-Alun Bandung terlepas dari pakem.
Dulu, Alun-Alun Kota Bandung memperhitungkan jalan ngolecer, jalan yang mengeliling.
Baca Juga: Dewandaru, Sang Pembawa Pesan Dewa
Jalan ngolecer yang dimaksud, misalnya dari Pendopo akan ke Masjid Agung, berjalan ke Barat, terus belok ke Utara.
Mula-mula berjalan di Jalan Dalem Kaum terus belok ke Jalan Dewi Sartika, yang melewati Masjid Agung.
Jalan Dewi Sartika di sebelah Utara mentok di Jalan Asia Afrika. Di situ ada perempatan jalan, ke utara Jalan Banceuy, ke Selatan Jalan Dewi Sartika, ke Timur dan ke Barat jalan Asia Afrika.
Jalan Dewi Sartika di depan Masjid Agung sudah tidak ada lagi, dipakai pembangunan Masjid Agung sehingga tidak ada lagi jalan ngolecer.
Baca Juga: Naga di Gunung Galunggung Tasikmalaya Jawa Barat Katanya Menyukai Lagu Sunda Klasik
“Jalan ngolecer ada palsafah, ada rahasiah Kota Bandung, ada rahasiah Nusantara,” ujar Kang Jijit.
Artikel Terkait
Kaeureup-eureup, Konon Pertanda Kita Ketindihan Makhluk Halus
Setan Kober dan Naga Siluman, Keris Pusaka dari Tanah Pasundan
"Tai Toko", Kotoran Sang Perusak dalam Senyap, Cara Mengatasinya
Mistis di Gunung Tangkubanparahu, Mahluk Jadi-jadian dan Batu Pawadon
Pangguyangan yang Masih Menyimpan Sisa-Sisa Keangkeran Masa Silam